DETIKFINANCE.COM: Grup Rajawali dan Grup Djarum dikabarkan tengah bersaing mengincar saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang saat ini masih dipegang oleh Joint Lead Underwriter (JLU). Pemerintah tidak akan ikut campur dalam transaksi ini.
"Itu kewenangan JLU, terkait dengan mereka (Grup Rajawali dan Grup Djarum) atau tidak itu B to B (Business to Business) dengan JLU," kata Deputi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Jasa Parikesit Suprapto di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (15/3/2011).
Meski tidak menampik kabar tersebut, ia mengaku sampai saat ini belum mendapat laporan lebih lnajut dari JLU terkait dengan penjualan saham Garuda yang tak laku tersebut. "Sejauh ini saya belum dapat kabar," jelasnya.
Seperti diketahui, terdapat sisa saham IPO GIAA yang tidak terserap investor pada IPO sebanyak 3,008 miliar lembar dengan nilai Rp 2,25 triliun. Terpaksa 3 sekuritas BUMN menyerap secara tanggung renteng masing-masing Rp 752 miliar.
Tiga sekuritas yang menjadi JLU itu adalah PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas dan PT Bahana Securities. Total saham yang masih mereka pegang jumlahnya sekitar 13%.
Jika salah satu grup, baik Rajawali atau Djarum, menguasai 13% saham Garuda, maka secara korporasi sudah berhak untuk menempatkan satu direksi. Namun, menurut Parikesit, penempatan direksi itu menjadi kewenangan Menteri BUMN Mustafa Abubakar.
"Itu kewenangan Menteri (BUMN). Kalau ini (penjualan saham) B to B saja. Karena memang masih ada saham di underwriter dan bisa dilepas ke pasar, bebas kapan saja," tambahnya.
Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.55 waktu JATS, Saham GIAA stagnan di Rp 550 per lembar. Sahamnya diperdagangkan 293 kali dengan volume 31,144 lot saham senilai Rp 8,615 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar