Di tengah-tengah persaingan ketat dalam produksi rokok, PT
Djarum Kudus akan terus bersaing dengan produk lain di pasaran untuk memenuhi
omsetnya. Meski demikian, PT Djarum tetap mempertahankan Sigaret Kretek Tangan
(SKT) yang mampu menyerap puluhan ribu tenaga kerja.
"Meskipun ada penambahan mesin, selama ini Djarum masih
terus mempertahan untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT)," jelas Purwono
Nugroho, selaku Corporate Affair, PT Djarum Kudus, Jateng, Kamis (19/12/2013).
Hingga sampai saat ini, PT Djarum dalam melakukan
produksinya masih mampu mempertahankan sebanyak 35 persen untuk SKT dari total
produksi rokok Djarum. Namun, pihak Djarum mengakui jika memang adanya tekanan
dan perlu adanya upaya mencegah produksi SKT untuk terus menurun.
"Kita akan terus melakukan inovasi untuk terus
mempertahankan SKT, jangan sampai terus menurun. Selama ini yang menjadi
tekanan karena konsumen lebih banyak yang menginginkan rokok low tar low
nicotine," sambung Purwono, dihadapkan para wartawan.
Prosuksi dengan cara SKT tersebut, PT Djarum Kudus mampu
menyerap 50 ribu lebih pekerja yang tersebar di sebanyak 30 titik produksi yang
berada di empat kota di Jawa Tengah. Sehingga dengan demikian PT Djarum akan
terus mempertahankan rokok kretek itu untuk tetap mempekerjakan puluhan ribu
pekerja itu.
"Rokok kretek merupakan rokok yang unik dan hanya ada
di Indonesia, yang mana terdapat campuran cengkeh dalam rokok. Kita akan terus
mempertahankan rokok kretek sebagai warisan Indonesia dengan berbagai tekanan
yang ada," tambah Purwono Nugroho.
Sementara itu, pada tahun 2013 ini PT Djarum Kudus mampu
memproduksi sebanyak 148,8 juta batang rojok tiap hari yang mampu menguasai 17
persen sampai 19 persen permintaan rokok skala nasional. Sedangkan jumlah
produksi tersebut merupakan hasil dari
Sigaret Kretek Tangan (SKT) maupun dari hasil Sigaret Kretek Mesin (SKM).
"Jumlah 148,8 juta batang perhari itu mengalami
peningkatan sekitar 5 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Dan target produksi
tahun depan kita akan mempertahankan jumlah ini, karena banyaknya tekanan untuk
bisnis rokok," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar