Sabtu, 15 Februari 2014

Awal pengembangan bisnis rokok PT.DJARUM



Nitisemito seorang buta huruf , anak ibu Markanah di sebuah desa kecil dengan nama Janggalan Rusdi . Ayahnya , kepala desa Haji Sulaiman adalah Janggalan . Pada usia 17 , ia mengubah namanya menjadi Nitisemito . Pada usia itu , ia pindah ke Malang , Jawa Timur untuk bekerja sebagai buruh menjahit pakaian . Upaya ini berkembang sehingga ia mampu menjadi pengusaha konfeksi . Namun beberapa tahun kemudian usaha ini kandas karena terlilit hutang. Nitisemito kembali ke rumah dan memulai usaha untuk membuat minyak kelapa , perdagangan kerbau namun gagal . Dia kemudian bekerja sebagai kusir dokar sementara perdagangan tembakau . Saat itulah dia berkenalan dengan Mbok Nasilah , pedagang rokok di Kudus klobot.Mbok Nasilah , yang juga dianggap sebagai penemu pertama rokok kretek , rokok kretek ditemukan untuk menggantikan kebiasaan nginang sekitar tahun 1870 . Dalam kiosnya , yang sekarang menjadi toko kain di Jalan Fahrida Sunan Kudus , Mbok nasilah rokok menyajikan temuan kepada kusir yang sering mengunjungi warungnya . Nginang kebiasaan yang sering dilakukan oleh pengemudi mengakibatkan warung Mbok Nasilah kotor , sehingga dengan menghadirkan rokok , mencoba untuk mengulur itu tidak kotor . Pada awalnya ia mencoba untuk mencampur rokok . Salah satunya dengan menambahkan cengkeh ke tembakau . Campuran ini kemudian dibungkus dengan klobot jagung kering atau daun dan diikat dengan tali . Merokok disukai oleh pertunjukan kusir dan pedagang keliling . Salah satu penggemarnya adalah Nitisemito yang adalah seorang coachman.Nitisemito kemudian menikah Nasilah rokok kretek bisnis dan berkembang menjadi perdagangan utama . Usaha ini berkembang . Label Nitisemito rokok " Merokok Frog Mangan Tjap Ulo " ( Rokok Cap Frog makan ular ) . Nama ini tidak membawa hoki malah menjadi bahan tertawaan . Nitisemito lalu ganti dengan Rounded Tjap Tiga . Karena lingkaran gambar dalam kemasan mirip dengan sepak bola , merek ini sering disebut Bal Tiga . Julukan ini akhirnya menjadi merek resmi dengan tambahan Nitisemito ( Tjap Bal Tiga HM Nitisemito ) . Tiga bal resmi didirikan pada tahun 1914 di Desa Jati , Kudus . Setelah 10 tahun beroperasi , Nitisemito mampu membangun pabrik besar di 6 hektar tanah di Desa jati . Ketika itu , di perusahaan rokok Kudus telah membentuk 12 besar , perusahaan 16 menengah , dan tujuh pabrik rokok kecil ( kecil ) . Di antara pabrik besar yang dimiliki M. Atmowidjojo ( merek Goenoeng Kedoe ) , HM Muslich ( merek Delima ) , H. Ali Asikin ( merek Djangkar ) , Tjoa Khang Hay ( merek Trio ) , dan M. Sirin (merek Garbis & Mangosteen ) . Sejarah mencatat Nitisemito mampu memimpin 10.000 pekerja dan memproduksi 10 juta batang rokok per hari pada tahun 1938 . Kemudian untuk mengembangkan usahanya , ia menyewa seorang pembukuan Belanda . Pasar produk ini cukup luas, mencakup kota-kota di Jawa , Sumatera , Sulawesi , Kalimantan , bahkan sampai ke Belanda saja . Dia kreatif memasarkan produknya , misalnya dengan menyewa pesawat Fokker untuk 200 gulden saat itu untuk mempromosikan rokoknya ke Bandung dan Jakarta .
Pengembangan usaha rokok juga menyebar Jawa Barat . Di daerah ini pasar dipelopori oleh kehadiran rokok kawung merokok , cengkeh dengan bungkus daun palem . Pertama kali muncul di London pada tahun 1905 , kemudian menyebar ke Garut dan Tasikmalaya . Jenis rokok kretek Kudus memudar ketika Majalengka menyusup melalui tahun 1930-an , meski tampil pabrik rokok kawung di Ciledug Wetan .
Sementara di Jawa Timur , industri tembakau dimulai dari rumah pada tahun 1913 , dikenal sebagai Dji Sam Soe . Milestone dalam pengembangan cengkeh dimulai ketika pabrik-pabrik besar menggunakan mesin rol . Bentoel tercatat di Malang , didirikan pada tahun 1930 adalah memakai kedua mesin pada tahun 1965 ( setelah Dji Sam Soe , 1960 ) , yang mampu menghasilkan 6000 batang rokok per menit . PT Gudang Garam , PT HM Sampoerna Kediri dan tidak mau ketinggalan , serta PT Djarum , Djamboe Bol , Nojorono dan Sukun di Holy. Sekarang  ada empat kota penting dalam industri rokok kretek Indonesia peregangan , Kudus , Kediri , Surabaya dan Malang . Industri tembakau di kedua kota besar dan kelas tak bertanah memiliki pangsa pasar masing-masing . Semua terutapa pabrik rokok besar telah mencatat sejarahnya sendiri . Demikian pula , Haji Djamari , penemu rokok kretek . Tapi sejarah penemu kretek masih belum jelas . Dan kisah hidupnya hanya dekrtahui kalangan pekerja di pabrik rokok Kudus .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar