Selasa, 08 April 2014

Generasi Ketiga Grup Djarum

Jakarta– Oei Wie Gwan mungkin tak menyangka kalau PT Djarum kini telah menjadi kelompok usaha raksasa. Maklum, Oei mulai membangun usaha kecil rokok kretek pada 1951saat membeli Djarum Gramaophon. Ia kemudian mengubah nama pabrik rokok tersebut menjadi hanya Djarum.

Oei mulai memasarkan rokok kretek dengan merek Djarum, dan ternyata laku di pasar. Tapi musibah menimpa Djarum. Pada 1963 pabrik rokok Djarum, yang terletak di Jalan Bitingan Baru No.28 (sekarang Jalan A. Yani No.28), Kudus, Jawa Tengah, terbakar. Tak berapa lama kemudian, Oei meninggal dunia.

Sebelum meninggal dunia, Oei berpesan kepada dua anaknya, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, untuk meneruskan usaha rokok kretek ini. Saat itu, Bambang berusia 34 tahun dan Budi 22 tahun. Mereka menerima warisan ini dalam kondisi Djarum babak belur karena baru saja terbakar.

Namun dengan kerja keras, Djarum perlahan-lahan bangkit. Pada 1969, Djarum mulai mengekspor produk rokoknya ke luar negeri. Setelah itu, mereka memproduksi berbagai produk rokok, mulai Djarum Filter, Djarum Super, Djarum L.A. Lights, Djarum BLACK, dan lain-lain.

Di tangan kakak beradik ini, Djarum tumbuh menjadi produsen rokok ketiga terbesar di Indonesia. Saat ini, total produksi rokok Djarum mencapai 148,8 juta batang per hari. Dari produksi sebesar itu, sebanyak 35% berupa sigaret kretek tangan (SKT) dan 65% SKM, trmasuk SKM Light 20%.

Seiring pertumbuhannya, perusahaan rokok ini menjelma dari hanya perusahaan rokok menjadi grup bisnis berinvestasi di berbagai sektor, mulai dari perbankan (BCA), properti (Grand Indonesia), agribisnis (Hartono Plantations Indonesia), elektronik (Polytron), online(Global Digital Prima Venture).

Begitulah Djarum di tangan Budi dan Bambang. Berkat kerja keras yang dilakoninya, kini Budi dan Bambang menjadi orang terkaya di Indonesia. Apa komentar Budi? “Tak elok saya berkomentar,” katanya.

Pernyataan itu diucapkan Budi pada bulan Maret 2013, saat dirinya terpilih menjadi orang terkaya di Indonesia dan berada di urutan ke-131 orang terkaya di dunia versi Forbes. Saat itu, kekayaannya mencapai US$ 8,5 miliar.

Memang, keluarga Hartono dikenal anti-publikasi. Berbeda dengan orang kaya kebanyakan, baik Budi maupun Bambang selalu tampil sederhana. Suatu hari, seorang wartawan sempat bertanya kepada Budi apa hobinya, dia menjawab,”Hobi saya, ya, kerja.”

Budi adalah anak kedua yang lahir di Kudus, Jawa Tengah pada 1941. Kakaknya adalah Bambang. Budi menikah dengan Widowati Hartono dan memiliki tiga orang putera, yang kesemuanya telah menyelesaikan pendidikannya. Mereka adalah Victor Hartono, Martin Hartono, dan Armand Hartono.

Kini, Budi dan Bambang sudah mempersiapkan generasi ketiga untuk meneruskan bisnis Grup Djarum. Mereka adalah Alaric Armand Hartono, Victor Rachmat Hartono, dan Martin B. Hartono. Ketiganya dipersiapkan untuk menggantikan Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono.

Armand sudah diplot untuk mengelola investasi Grup Djarum di PT Bank Central Asia Tbk. (BCA). Sedangkan Victor Rachmat Hartono dan Martin B Hartono, dipersiapkan untuk menjadi pemegang kendali di PT Djarum. Saat ini, Victor menjabat sebagai chief operating officer(COO) PT Djarum, sementara Martin dipercaya menjadi direktur HRD PT Djarum.

1 komentar:

  1. Pak, saya roby.. mau tanya' kalau mau ngajukan proposal sponsorship utk even konser musik, kontaknya kemana ya ? terima kasih

    BalasHapus